Ringkasan 1930-2006
Piala Dunia 1930 UruguayImpian Presiden FIFA, Jules Rimet, akhirnya menjadi kenyataan ketika Uruguay ditunjuk sebagai tuan rumah kejuaraan dunia sepakbola antar negara. FIFA World Cup 1930 menjadi amat istimewa bagi bangsa Uruguay karena bertepatan pada hari ulang tahun negara tersebut yang ke-100. Dalam turnamen perdana ini hanya terdapat empat wakil dari Eropa, yang pergi ke Amerika Selatan melalui perjalanan lewat laut yang melelahkan. Final menghadirkan dua tim Amerika Selatan, Uruguay dan Argentina. Uruguay akhirnya mengulangi sukses mereka, yakni mengalahkan Argentina pada partai puncak. Jika pertama mereka menang dalam Olimpiade 1928, kali ini jauh lebih bergengsi. Uruguay menjadi juara dunia sepakbola untuk pertama kali setelah mengalahkan Argentina dengan skor 4-2. Kemenangan itu mereka raih dalam laga keras di Estadio Centenario.
Piala Dunia 1934 Italia
Italia benar-benar memanfaatkan dukungan suporter. Semangat untuk tidak boleh menjadi nomor dua ini membuat Gli Azzurri membalikkan skor setelah tertinggal dari Cekoslovakia. Adalah Angelo Schiavio yang menjadi pahlawan kemenangan Italia. Namun ada yang kurang karena Piala Dunia ke-dua ini tidak dihadiri oleh juara bertahan Uruguay. Sejarah inilah yang hingga saat ini menjadi satu-satunya keunikan.
Piala Dunia 1938 Prancis
Sejarah dicatat oleh Vittorio Pozzo sebagai pelatih yang meraih juara dunia dua kali berturut-turut, istimewanya lagi dengan pemain yang hampir sama. Italia menjadi juara lagi setelah mengalahkan Hungaria dalam pertandingan final, setelah sebelumnya menghentikan Brasil.
Piala Dunia 1950 Brasil
Edisi ini adalah yang pertama kali pasca Perang Dunia II. Gairah sepakbola Brasil begitu meluap-luap. Stadion Maracana senantiasa sesak oleh suporter "Tim Samba". Namun harapan untuk mencetak sejarah sebagai juara dunia pupus di kaki Uruguay. Laga puncak disaksikan oleh 200.000 orang penonton itu memang sangat keras. Piala Dunia ini ditandai dengan kekalahan Inggris dari Amerika Serikat, 0-1.
Piala Dunia 1954 Swiss
Jerman Barat tampil mengejutkan dalam final Piala Dunia 1954 setelah tertinggal 0-2 terlebih dulu dari favorit juara Hungaria. Peristiwa itu dikenal sebagai "keajaiban di kota Bern" (Miracle of Berne). Hungaria tak terkalahkan dalam 31 pertandingan, mencetak 25 gol sebelum tampil di final. Delapan gol diantaranya ke gawang Jerman Barat sendiri dalam babak penyisihan. Namun, bukan Ferenc Puskas yang mengangkat trofi Jules Rimet, melainkan Fritz Walter. Terlepas dari itu, Hungaria tetaplah dikenang sebagai skuad yang dahsyat sepanjang masa. Bukti keperkasaan ini adalah menghajar Jerman Barat 8-3, sebelum akhirnya dibalas dengan skor 2-3 di partai pamungkas.
Piala Dunia 1958 Swedia
Penantian Brasil menjadi kenyataan dalam Piala Dunia 1958 di Swedia. Seorang bocah ajaib berusia 17 tahun berperan besar sekali dalam mengantarkan Selecao menjadi yang terbaik di dunia. Dialah Edson Arantes do Nascimento (Pele). Mencetak 6 gol, dua diantaranya dalam final melawan Swedia. Tempat ketiga diduduki tim ayam jantan Prancis, yang juga mewakilkan Juste Fontaine sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa dalam satu turnamen (hingga kini) dengan 13 gol.
Piala Dunia 1962 Cile
Piala Dunia kembali ke Amerika Selatan. Brasil memang pantas untuk menjadi juara untuk kedua kalin. Dalam final mereka mengalahkan Cekoslovakia. Bintang yang bersinar kala itu adalah Garrincha "si burung kecil" (kelak Rivaldo disebut sebagai the new Garrincha). Setelah Pele cidera, maka Garricha menjadi tumpuan harapan. Kepercayaan ini ia jawab dengan tegas dengan menjadi pencetak gol terbanyak. Chile 1962 adalah awal diperkenalkannya formasi 4-3-3. Piala Dunia episode ini juga dikenal karena kejadian perkelahian antara pemain Chile dan Italia. Peristiwa tersebut dikenal dengan "battle of Santiago".
Piala Dunia 1966 Inggris
Inggris yang dikenal luas sebagai negara penemu sepakbola akhirnya mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar juara dunia. Tim St. George's Cross yang dijuluki "Wingless Wonders" ini mengalahkan Jerman Barat dalam pertandingan fenomenal (hatrik pertama kali di partai final, oleh Geoffrey Hurst). Salah satu gol masih diperdebatkan hingga kini (apakah masuk atau tidak setelah bola membentur tiang dan mematul ke lapangan). Italia dikalahkan Korea Utara juga menjadi sejarah lain Piala Dunia episode ini.
Piala dunia 1970 Meksiko
Untuk pertama kali Piala Dunia disiarkan televisi berwarna. Meksiko 1970 adalah ajang kehebatan tim super Brasil. Ada Jairzinho yang mencetak gol pada setiap pertandingan. Anak-anak asuhan Mario Zagallo benar-benar tak tertahankan lagi. Pada final Brasil mengalahkan Italia dengan skor 4-1 sekaligus merebut kembali trofi yang empat tahun lalu diraih oleh Inggris.
Piala Dunia 1974 Jerman (Barat)
Jerman Barat menjadi juara di tanah sendiri. Sebenarnya favorit juara Jerman 1974 adalah "Total Football" Belanda yang dipimpin oleh maestro Johan Cruijff. Jerman Barat sendiri mengawali turnamen dengan mengecewakan, karena kalah dalam "perang saudara" melawan Jerman Timur. Piala Dunia edisi ini dinilai oleh sebagian pengamat sebagai yang terbaik karena lahir banyak bintang. Meskipun yang bersinar adalah Cruijff dan Franz Beckenbauer, namun di sela-selanya terselip seorang Polandia bernama Gregorz Lato. Lato menjadi top skorer turnamen dan membawa Polandia menjadi semifinalis.
Piala Dunia 1978 Argentina
Tuan rumah Argentina meraih juara dunia pertama kali setelah mengalahkan Belanda. Mario Kempes menjadi motor penggerak sukses pasukan Cesar Luis Menotti. Ia mencetak dua gol dalam final yang berlangsung di Estadio Monumental. Turnamen ini memang untuk Kempes, karena ia sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak.
Piala Dunia 1982 Spanyol
Piala Dunia FIFA ke-12, digelar di Spanyol mulai dari tanggal 13 Juni hingga 11 Juli. Spanyol dipilih FIFA sebagai tuan rumah oleh FIFA pada Juli 1966. Piala Dunia ini dimenangkan Italia, yang mengalahkan Jerman Barat dengan skor 3 – 1 di final. Dengan gelar ketiganya, (setelah 1934, 1938), Italia mengimbangi Brasil sebagai tim nasional paling sukses di Piala Dunia FIFA. Piala Dunia FIFA ini ditandai dengan seri – seri pertandingan menarik dan seru, ke-dua setelah Piala Dunia FIFA 1970, yang legendaris. Ini juga merupakan kali pertama penambahan jumlah tim menjadi 24 tim, setelah sebelumnya 16 tim di turnamen – turnamen sebelumnya. Ketidak hadiran yang paling mengejutkan dari turnamen final dari Piala Dunia FIFA 1974 dan 1978 adalah runners-up Belanda (digugurkan oleh Belgia dan Perancis, tim kuat Amerika Utara Meksiko (digugurkan El Salvador), dan kepada sebuah tim yang tingkatnya lebih kurang, partisipan Piala Dunia FIFA 1974 dan 1978, Swedia (digugurkan oleh Skotlandia dan Irlandia Utara). Inggris, Cekoslowakia, Belgia, dan Uni Soviet telah kembali ke putaran final setelah absen selama 3 turnamen atau 12 tahun. Yugoslavia juga kembali setelah terlewat turnamen 1978. Aljazair, Kamerun, Honduras, Kuwait, dan Selandia Baru, seluruhnya telah berpartisipasi di Putaran Final untuk kali pertama.
Piala Dunia 1986 Meksiko
Kurang dari setahun menjelang turnamen, Meksiko porak-poranda dihantam gempa dahsyat yang menewaskan 30 ribu orang lebih. Gempa itu hampir saja membuat Meksiko batal menjadi tuan rumah. Tapi karena sebagian besar stadion sepak bola masih utuh, Fédération Internationale de Football Association memutuskan turnamen tetap dilaksanakan di Meksiko. Piala Dunia 1986 Meksiko identik dengan Diego Armando Maradona. Tak pernah, sejak Pele di 1970, ada pemain yang "sendirian" mampu memberikan kemenangan bagi timnya selain Diego Armando Maradona. Maradona yang kemudian terpilih sebagai The Player of the Tournament.
Piala Dunia 1990 Italia
Piala Dunia 1990 dilangsungkan di Italia. Semangat permainan bertahan ala tuan rumah yang dikenal dengan sebutan cattenaccio seolah mempengaruhi penampilan hampir ke-24 tim finalis. Jerman Barat ditangani Franz "Die Kaizer" Beckenbauer, kapten tim Panser saat merebut gelar juara Piala Dunia 1974, tampil lebih baik. Argentina, yang hanya mengandalkan Maradona, tak bisa berbuat banyak saat wasit Edgardo Codesal Mendez asal Meksiko menunjuk titik putih. Brehme, yang menjadi eksekutor, dengan dingin menaklukkan Goycochea hanya lima menit menjelang pertandingan usai. Der Panzer pun menyamai rekor Italia dan Brasil sebagai juara dunia yang ketiga kalinya.
Piala Dunia 1994 Amerika Serikat
Amerika Serikat menjadi penyelenggara FIFA World Cup episode ke-15 pada tahun 1994. Banyak pengamat bahwa turnamen ini termasuk yang paling banyak menyedot penonton ke stadion. Banyak tragedi terjadi seperti kasus doping Diego Maradona, penembakan Andres Escobar setelah gol bunuh dirinya menggagalkan Kolombia untuk lolos ke fase 16 besar, dan terakhir ketika "gugurnya sang pahlawan" Roberto Baggio. Italia sempat berharap sangat meraih trofi yang keempat kali, namun malang tak dapat ditolak. Kegagalan Baggio mengeksekusi penalti mempermudah Brasil meraih "tetracampeone". Brasil juara dunia 1994. Selalu ada kejutan, dan kali ini pada diri Bulgaria dan Swedia. Dua tim "semenjana" ini masuk jajaran empat besar terbaik. Fenomena lain ialah Oleg Salenko. Bomber Rusia ini mencetak lima gol dalam satu pertandingan ke gawang Kamerun.
Piala Dunia 1998 Prancis
Tanah kelahiran pencetus Piala Dunia, Jules Rimet, akhirnya menikmati sukses sebagai juara dunia setelah penantian yang panjang. Prancis 1998 adalah milik Zidane, tak ubahnya Meksiko 1986 milik Maradona. Kroasia melesat bagai meteor dan menjadi tim kuda hitam. Zvone Boban dkk menduduki tahta nomor tiga terbaik setelah mengalahkan Belanda. Setelah Italia 1990, final kali ini kembali diwarnai kartu merah setelah Marcel Desailly diusir keluar lapangan oleh wasit.
Piala Dunia 2002 Korea/Jepang
The first World Cup held in Asia. Brazil won the fifth title and its double success was expressed by Ronaldo Luiz Nazario da Lima by taking the top scorer of the tournament with eight goals. Meanwhile, the title holder France had the worst nightmare of the history as they could not score any single goal and exited the tournament with only one point. The host Taeguk Warriors South Korea made an astonishing campaign as they went through the semis before stopped by Germany. The victory over Italy led a bad story for Ahn Jung-hwan; his Serie A club Perugia banned him to come back to the club. It was a funny and silly story and showing how Italians were so disappointed by their World Cup exit.
Piala Dunia 2006 Jerman
Italy won their fourth world title in German soil after beating the 1998 champions, France, by way of penalty shoot-out. Ten different players scored showed that Gli Azzurri, despite some controversies following their success, was the most prepared team in the Germany 2006. Bad news came from the Maestro Zinedine Zidane for head-but incident on towards the provocating Marco Materazzi. Zidane was the best player of the tournament, though. Meanwhile the home team Die Nationalmannschaft could not get the magic of Westfallenstadion during the semis duel. At last, Joachim Loew's boys grabbed the bronze medal plus Podolski starring as the youth player of the tournament.
Piala Dunia 1934 Italia
Italia benar-benar memanfaatkan dukungan suporter. Semangat untuk tidak boleh menjadi nomor dua ini membuat Gli Azzurri membalikkan skor setelah tertinggal dari Cekoslovakia. Adalah Angelo Schiavio yang menjadi pahlawan kemenangan Italia. Namun ada yang kurang karena Piala Dunia ke-dua ini tidak dihadiri oleh juara bertahan Uruguay. Sejarah inilah yang hingga saat ini menjadi satu-satunya keunikan.
Piala Dunia 1938 Prancis
Sejarah dicatat oleh Vittorio Pozzo sebagai pelatih yang meraih juara dunia dua kali berturut-turut, istimewanya lagi dengan pemain yang hampir sama. Italia menjadi juara lagi setelah mengalahkan Hungaria dalam pertandingan final, setelah sebelumnya menghentikan Brasil.
Piala Dunia 1950 Brasil
Edisi ini adalah yang pertama kali pasca Perang Dunia II. Gairah sepakbola Brasil begitu meluap-luap. Stadion Maracana senantiasa sesak oleh suporter "Tim Samba". Namun harapan untuk mencetak sejarah sebagai juara dunia pupus di kaki Uruguay. Laga puncak disaksikan oleh 200.000 orang penonton itu memang sangat keras. Piala Dunia ini ditandai dengan kekalahan Inggris dari Amerika Serikat, 0-1.
Piala Dunia 1954 Swiss
Jerman Barat tampil mengejutkan dalam final Piala Dunia 1954 setelah tertinggal 0-2 terlebih dulu dari favorit juara Hungaria. Peristiwa itu dikenal sebagai "keajaiban di kota Bern" (Miracle of Berne). Hungaria tak terkalahkan dalam 31 pertandingan, mencetak 25 gol sebelum tampil di final. Delapan gol diantaranya ke gawang Jerman Barat sendiri dalam babak penyisihan. Namun, bukan Ferenc Puskas yang mengangkat trofi Jules Rimet, melainkan Fritz Walter. Terlepas dari itu, Hungaria tetaplah dikenang sebagai skuad yang dahsyat sepanjang masa. Bukti keperkasaan ini adalah menghajar Jerman Barat 8-3, sebelum akhirnya dibalas dengan skor 2-3 di partai pamungkas.
Piala Dunia 1958 Swedia
Penantian Brasil menjadi kenyataan dalam Piala Dunia 1958 di Swedia. Seorang bocah ajaib berusia 17 tahun berperan besar sekali dalam mengantarkan Selecao menjadi yang terbaik di dunia. Dialah Edson Arantes do Nascimento (Pele). Mencetak 6 gol, dua diantaranya dalam final melawan Swedia. Tempat ketiga diduduki tim ayam jantan Prancis, yang juga mewakilkan Juste Fontaine sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa dalam satu turnamen (hingga kini) dengan 13 gol.
Piala Dunia 1962 Cile
Piala Dunia kembali ke Amerika Selatan. Brasil memang pantas untuk menjadi juara untuk kedua kalin. Dalam final mereka mengalahkan Cekoslovakia. Bintang yang bersinar kala itu adalah Garrincha "si burung kecil" (kelak Rivaldo disebut sebagai the new Garrincha). Setelah Pele cidera, maka Garricha menjadi tumpuan harapan. Kepercayaan ini ia jawab dengan tegas dengan menjadi pencetak gol terbanyak. Chile 1962 adalah awal diperkenalkannya formasi 4-3-3. Piala Dunia episode ini juga dikenal karena kejadian perkelahian antara pemain Chile dan Italia. Peristiwa tersebut dikenal dengan "battle of Santiago".
Piala Dunia 1966 Inggris
Inggris yang dikenal luas sebagai negara penemu sepakbola akhirnya mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar juara dunia. Tim St. George's Cross yang dijuluki "Wingless Wonders" ini mengalahkan Jerman Barat dalam pertandingan fenomenal (hatrik pertama kali di partai final, oleh Geoffrey Hurst). Salah satu gol masih diperdebatkan hingga kini (apakah masuk atau tidak setelah bola membentur tiang dan mematul ke lapangan). Italia dikalahkan Korea Utara juga menjadi sejarah lain Piala Dunia episode ini.
Piala dunia 1970 Meksiko
Untuk pertama kali Piala Dunia disiarkan televisi berwarna. Meksiko 1970 adalah ajang kehebatan tim super Brasil. Ada Jairzinho yang mencetak gol pada setiap pertandingan. Anak-anak asuhan Mario Zagallo benar-benar tak tertahankan lagi. Pada final Brasil mengalahkan Italia dengan skor 4-1 sekaligus merebut kembali trofi yang empat tahun lalu diraih oleh Inggris.
Piala Dunia 1974 Jerman (Barat)
Jerman Barat menjadi juara di tanah sendiri. Sebenarnya favorit juara Jerman 1974 adalah "Total Football" Belanda yang dipimpin oleh maestro Johan Cruijff. Jerman Barat sendiri mengawali turnamen dengan mengecewakan, karena kalah dalam "perang saudara" melawan Jerman Timur. Piala Dunia edisi ini dinilai oleh sebagian pengamat sebagai yang terbaik karena lahir banyak bintang. Meskipun yang bersinar adalah Cruijff dan Franz Beckenbauer, namun di sela-selanya terselip seorang Polandia bernama Gregorz Lato. Lato menjadi top skorer turnamen dan membawa Polandia menjadi semifinalis.
Piala Dunia 1978 Argentina
Tuan rumah Argentina meraih juara dunia pertama kali setelah mengalahkan Belanda. Mario Kempes menjadi motor penggerak sukses pasukan Cesar Luis Menotti. Ia mencetak dua gol dalam final yang berlangsung di Estadio Monumental. Turnamen ini memang untuk Kempes, karena ia sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak.
Piala Dunia 1982 Spanyol
Piala Dunia FIFA ke-12, digelar di Spanyol mulai dari tanggal 13 Juni hingga 11 Juli. Spanyol dipilih FIFA sebagai tuan rumah oleh FIFA pada Juli 1966. Piala Dunia ini dimenangkan Italia, yang mengalahkan Jerman Barat dengan skor 3 – 1 di final. Dengan gelar ketiganya, (setelah 1934, 1938), Italia mengimbangi Brasil sebagai tim nasional paling sukses di Piala Dunia FIFA. Piala Dunia FIFA ini ditandai dengan seri – seri pertandingan menarik dan seru, ke-dua setelah Piala Dunia FIFA 1970, yang legendaris. Ini juga merupakan kali pertama penambahan jumlah tim menjadi 24 tim, setelah sebelumnya 16 tim di turnamen – turnamen sebelumnya. Ketidak hadiran yang paling mengejutkan dari turnamen final dari Piala Dunia FIFA 1974 dan 1978 adalah runners-up Belanda (digugurkan oleh Belgia dan Perancis, tim kuat Amerika Utara Meksiko (digugurkan El Salvador), dan kepada sebuah tim yang tingkatnya lebih kurang, partisipan Piala Dunia FIFA 1974 dan 1978, Swedia (digugurkan oleh Skotlandia dan Irlandia Utara). Inggris, Cekoslowakia, Belgia, dan Uni Soviet telah kembali ke putaran final setelah absen selama 3 turnamen atau 12 tahun. Yugoslavia juga kembali setelah terlewat turnamen 1978. Aljazair, Kamerun, Honduras, Kuwait, dan Selandia Baru, seluruhnya telah berpartisipasi di Putaran Final untuk kali pertama.
Piala Dunia 1986 Meksiko
Kurang dari setahun menjelang turnamen, Meksiko porak-poranda dihantam gempa dahsyat yang menewaskan 30 ribu orang lebih. Gempa itu hampir saja membuat Meksiko batal menjadi tuan rumah. Tapi karena sebagian besar stadion sepak bola masih utuh, Fédération Internationale de Football Association memutuskan turnamen tetap dilaksanakan di Meksiko. Piala Dunia 1986 Meksiko identik dengan Diego Armando Maradona. Tak pernah, sejak Pele di 1970, ada pemain yang "sendirian" mampu memberikan kemenangan bagi timnya selain Diego Armando Maradona. Maradona yang kemudian terpilih sebagai The Player of the Tournament.
Piala Dunia 1990 Italia
Piala Dunia 1990 dilangsungkan di Italia. Semangat permainan bertahan ala tuan rumah yang dikenal dengan sebutan cattenaccio seolah mempengaruhi penampilan hampir ke-24 tim finalis. Jerman Barat ditangani Franz "Die Kaizer" Beckenbauer, kapten tim Panser saat merebut gelar juara Piala Dunia 1974, tampil lebih baik. Argentina, yang hanya mengandalkan Maradona, tak bisa berbuat banyak saat wasit Edgardo Codesal Mendez asal Meksiko menunjuk titik putih. Brehme, yang menjadi eksekutor, dengan dingin menaklukkan Goycochea hanya lima menit menjelang pertandingan usai. Der Panzer pun menyamai rekor Italia dan Brasil sebagai juara dunia yang ketiga kalinya.
Piala Dunia 1994 Amerika Serikat
Amerika Serikat menjadi penyelenggara FIFA World Cup episode ke-15 pada tahun 1994. Banyak pengamat bahwa turnamen ini termasuk yang paling banyak menyedot penonton ke stadion. Banyak tragedi terjadi seperti kasus doping Diego Maradona, penembakan Andres Escobar setelah gol bunuh dirinya menggagalkan Kolombia untuk lolos ke fase 16 besar, dan terakhir ketika "gugurnya sang pahlawan" Roberto Baggio. Italia sempat berharap sangat meraih trofi yang keempat kali, namun malang tak dapat ditolak. Kegagalan Baggio mengeksekusi penalti mempermudah Brasil meraih "tetracampeone". Brasil juara dunia 1994. Selalu ada kejutan, dan kali ini pada diri Bulgaria dan Swedia. Dua tim "semenjana" ini masuk jajaran empat besar terbaik. Fenomena lain ialah Oleg Salenko. Bomber Rusia ini mencetak lima gol dalam satu pertandingan ke gawang Kamerun.
Piala Dunia 1998 Prancis
Tanah kelahiran pencetus Piala Dunia, Jules Rimet, akhirnya menikmati sukses sebagai juara dunia setelah penantian yang panjang. Prancis 1998 adalah milik Zidane, tak ubahnya Meksiko 1986 milik Maradona. Kroasia melesat bagai meteor dan menjadi tim kuda hitam. Zvone Boban dkk menduduki tahta nomor tiga terbaik setelah mengalahkan Belanda. Setelah Italia 1990, final kali ini kembali diwarnai kartu merah setelah Marcel Desailly diusir keluar lapangan oleh wasit.
Piala Dunia 2002 Korea/Jepang
The first World Cup held in Asia. Brazil won the fifth title and its double success was expressed by Ronaldo Luiz Nazario da Lima by taking the top scorer of the tournament with eight goals. Meanwhile, the title holder France had the worst nightmare of the history as they could not score any single goal and exited the tournament with only one point. The host Taeguk Warriors South Korea made an astonishing campaign as they went through the semis before stopped by Germany. The victory over Italy led a bad story for Ahn Jung-hwan; his Serie A club Perugia banned him to come back to the club. It was a funny and silly story and showing how Italians were so disappointed by their World Cup exit.
Piala Dunia 2006 Jerman
Italy won their fourth world title in German soil after beating the 1998 champions, France, by way of penalty shoot-out. Ten different players scored showed that Gli Azzurri, despite some controversies following their success, was the most prepared team in the Germany 2006. Bad news came from the Maestro Zinedine Zidane for head-but incident on towards the provocating Marco Materazzi. Zidane was the best player of the tournament, though. Meanwhile the home team Die Nationalmannschaft could not get the magic of Westfallenstadion during the semis duel. At last, Joachim Loew's boys grabbed the bronze medal plus Podolski starring as the youth player of the tournament.
0 comments:
Post a Comment