1986 Meksiko
Pengalaman pahit empat tahun lalu benar-benar membuat Maradona paham bagaimana cara bersikap di lapangan sebagai seorang profesional. Ia kerahkan segala daya untuk mengangkat prestasi Argentina yang hancur berantakan. Jika akhirnya Tim Tango menjadi juara dunia, kita boleh menyebutnya sebagai "Maradona plus 21 pemain lainnya" lah yang menjadi juara. Di luar "dosa abadi" yang ia perbuat terhadap Peter Shilton lewat gol "tangan Tuhan", El Pibe de Oro langsung membayar kontan tindakannya ini dengan gol....akhh....teramat sulit untuk dituliskan dengan kata-kata....semua orang sudah tahu bagaimana kualitas gol itu! Wakil Afrika, Maroko, membuat mata dunia terbelalak, bahwa sepakbola bukan hanya seputar Eropa dan Amerika Latin. Bahwa apa yang dilakukan oleh Aljazair empat tahun yang lalu bukan ketidaksengajaan. Lewat aksinya yang penuh percaya diri pada penyisihan Grup F, diantaranya dengan menaklukkan Portugal dan menahan Inggris, Maroko melaju ke 16 besar untuk menantang Jerman Barat. Pada babak inipun mereka masih tegar berdiri sebelum gol tendangan bebas Lothar Matthaeus menghentikan langkah raksasa mereka. Inggris kecewa, Inggris terluka. Namun sekiranya ada sedikit penawar duka. Gary Lineker, seorang "True Gentleman" (karena tidak pernah mendapatkan kartu sepanjang karir profesionalnya), memuncaki daftar pencetak gol. Ia juga mengikuti takdir Geoff Hurst dengan mencetak hattrick walaupun itu bukan pada partai final.
0 comments:
Post a Comment